Fenomena Alih Fungsi Lahan
Strategi Mempertahankan Lahan Pertanian lewat Sosial-Budaya
Selasa, 11-01-2022 - 12:38:55 WIB
|
Strategi Mempertahankan Lahan Pertanian lewat Sosial-Budaya *** |
JAKARTA, (Kanalkini.com) - Di tengah fenomena alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan infrastruktur pariwisata di Bali, beberapa peneliti dari Universitas Indonesia (UI) memiliki program yang bertajuk 'Strategi Budaya Desa Ekologis' yang berkaitan dengan menjaga metode pertanian tradisional yang ekologis atau ramah lingkungan. Program pengabdian UI yang kini menyoroti ancaman kepunahan ritual Tari Sang Hyang Dedari di Provinsi Bali telah ada sejak Agustus 2016.
Peneliti Tari Sang Hyang Dedari, Saras Dewi yang juga pengajar Filsafat Lingkungan Hidup Universitas Indonesia menjelaskan, bahwa tari ini menunjukkan kelekatan kehidupan ritual masyarakat Bali dengan tradisi pertaniannya.
"Di tengah fenomena alih fungsi sawah yang kian hebat demi pembangunan infrastruktur pariwisata, sebut saja hotel, restoran, pusat hiburan, Tari Sang Hyang Dedari dapat menjadi strategi mempertahankan lahan pertanian yang ramah lingkungan di Bali," kata Saras, Rabu (11/1/2016).
Menurut dia, Tari Sang Hyang Dedari juga dapat jadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memperhatikan aspek sosial-budaya, dan lingkungan dalam upaya menumbuhkan produktivitas sawah.
"Metode pertanian tradisional yang ekologis atau ramah lingkungan mesti jadi perhatian, bagaimana ritual dan sawah berperan saling menjaga satu sama lain. Ini tentu fenomena cukup asing, bahkan langka, tetapi masyarakat Geriana Kauh mampu membuktikan, Sang Hyang Dedari justru menyelamatkan sawah dan menjaga lingkungan hidup lebih dari satu dasawarsa terakhir," paparnya.
Lebih lanjut dia menerangkan program pengabdian masyarakat di Desa Adat (Banjar) Geriana Kauh Desa Duda Utara, Kecamatan Karangasem, Provinsi Bali ini dilakukan mengingat warga setempat merupakan komunitas terakhir di Bali yang masih rutin menjalankan ritual Tari Sang Hyang Dedari. Tarian ini sudah dinyatakan sebagai Warisan Dunia Tak Benda oleh Organisasi Kebudayaan, Pendidikan, dan Ilmu Pengetahuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) ***
Komentar Anda :